Merayakan Kemalasan

Morning Pages
3 min readDec 2, 2020

--

Menyambut Desember, tetiba saja pikiranku cukup kalut dan sendu. Aku sedang menikmati procastinating untuk diriku sendiri atas nama pengasuhan. i do nothing but playing with her.

Tidak apa-apa bukan menikmati kemalasan sesaat?

Berat sekali rasanya untuk membuka laptop. Setelah membuka pun, aku tidak tahu ingin menulis apa. Eh, tidak lebih tepatnya, aku tidak tahu harus menulis kata apa untuk memulainya. Aku sedang tidak ingin beramah tamah.

Aku sedang sendu. Lihatlah dari paragraf di atas, rangkaian kataku tak lagi sedang ingin bergembira. Aku sedang merindu menikmati perasaan seorang penyair yang senang menyusun sajak dengan kata-kata yang susah untuk dipahami kecuali dirinya sendiri.

Meski aku tidak mampu memahami makna puisi dari kalangan penyair ternama seperi Joko Pinurbo, Sapardi, dan lainnya, namun kurasa gaya syair yang kurangkai tidak salah, toh. Syair ini bisa menyesap rasa dan lebih mewakili secara tersirat.

Aku sedang menikmati perasaan langka. Perasaan ini sudah lama tidak muncul. Padahal dulu, ia sering muncul tiba-tiba, hingga tumblrku penuh dengan rangkaian kata-kata bak penyair yang sedang berkecamuk, dulu sekali.

Aku harus mengabadikan kata-kataku. Aku harus menyusun kemelut dalam diriku berupa paragraf, agar aku tahu apa sebenarnya yang aku rasakan. Ah, macam orang sedang jatuh cinta saja, tanpa alasan yang jelas, tapi bertingkah sudah tak menentu.

Bacalah tulisan sajak di bawah, kira-kira adakah yang mampu mengartikan rangkaian kata tersebut?

Photo by Anthony Tran on Unsplash

1.

Satu

Yang mulanya menyatu

Tapi lama lama berlalu

Kian dalam kian semu

Aku tak lagi mau

Bukan

Aku tak mampu lagi tepatnya

Untuk tetap fokus pada satu

Ah, bukan tak mampu

Aku mau

Tapi butuh waktu

2.

Aku rindu untuk mengalir

Melewati satu tempat

Berkelok mengikuti arus

Hanya di satu tempat yang sama

Tanpa melirik ke samping

Tanpa bercabang

Fokus saja ke depan

Ke depan

Di satu tempat yang sama

3.

Berisik, tak ada gemericik air ataupun gemuruh angin tapi berisik

Kenapa suasana kali ini berisik

Pikiran tidak jelas datang mengusik

Apa ini yang disebut pelik?

Memang butuh peluk?

Atau pikiran sedang picik

Untuk sengaja meminta diri terusik

Oleh pikiran-pikiran yang pelik

Hujan yang sering datang belakangan ini memang senang membuat kita sendu. Tiba-tiba rindu menyulut, tiba-tiba gerimis tipis, tiba-tiba emosi mengisi, dan distraksi-distraksi ini lebih enak dinikmati tanpa distraksi.

Maksudku, distraksi ini adalah distraksi positif. Menikmati pikiran-pikiran yang keluar dari benakku tanpa aku abaikan, entah dengan bermain gawai dan lainnya. Nikmat sekali memang rasanya. Tapi aku tak mau distraksi tersebut hilang begitu saja. Maka, mencatat adalah caraku mengingatnya.

Desember datang seperti menghantuiku. Bertambah umur di bulan ini jelas membuatku takut kadang-kadang. Aku bertambah tua, namun yang kulakukan masih saja banyak yang tak sejalan. Umurku tak sejalan dengan pencapaianku. Pencapaianku masih lebih sedikit daripada kegagalanku.

Aku sedih dan kecewa melihat bullet journalku yang sebentar lagi akan kutinggalkan. Beberapa goals yang kucatat, kuharapkan tercapai, namun ternyata banyak yang nihil, tidak tercapai. Tahun ini, progresku lebih sedikit daripada tahun kemarin, padahal kelas-kelas online sudah banyak yang kuikuti. Teori dan praktik adalah kosong ya.

--

--

Morning Pages
Morning Pages

No responses yet