Perjalanan saya dalam mengatur keuangan
Pengeluaran menjadi hal penting yang perlu dikaji ulang setiap bulannya. Entah untuk pengeluaran wajib maupun sekunder dan tersier, semua perlu diawasi. Dalam perjalanan untuk mengatur keuangan, saya melakukan beberapa tips. Berikut beberapa tips yang saya lakukan :
Melakukan pencatatan keuangan
Cara terampuh untuk kelola keuangan tiap bulan salahs satunya ialah dengan mencatat. Saya mencoba melakukan pencatatan keuangan sejak kuliah. Saat itu, uang yang diberi memang berasal dari uang beasiswa dan uang sangu dari orangtua. Alhamdulillah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan saya sehari-hari.
Hal yang menjadikan saya merasa perlu untuk melakukan pencatatan keuangan adalah karena sering bingung. Uang cepat sekali habis tapi tidak tahu alokasinya untuk apa saja.
Saya mulai mencatat setiap anggaran pengeluaran harian saya. Saat itu, saya berpikir bahwa pengeluaran itu hanya untuk hal-hal yang penting saja. Misalnya seperti makan di luar, belanja bulanan, bensin, bayar asrama dan servis motor. Namun, di akhir bulan ternyata sisa uang tidak sesuai dengan pengeluaran yang ada.
Wah saya melakukan kesalahan, tidak mencatat pengeluaran secara menyeluruh. Padahal bayar parkir, belanja cemilan dan beli printilan itu juga lumayan. Meski sedikit namun saya ternyata sering melakukannya.
Kesalahan ini memberi pelajaran buat saya dalam melakukan pencatatan. Setidaknya, ada beberapa hal perlu diperhatikan dalam melakukan pencatatan pengeluaran :
- Pastikan pengeluaran tidak lebih banyak daripada pemasukan
- seratus rupiah pun tetap dicatat
- Perlu ada buku khusus untuk melakukan pencatatan
- lakukan review tiap akhir minggu atau akhir bulan
- evaluasi untuk pengeluaran berikutnya
Mencatat keuangan akan lebih terasa ketika saya sudah mengeluarkan uang berbentuk fisik. Pengeluaran keuangan dengan transfer atau top up rasanya seperti tidak mengeluarkan uang. Ini bisa jadi karena kebiasaan kita untuk menyentuh uang dan memberikan kepada orang lain itu memberi efek menyesal lebih besar daripada transfer.
Pencatatan lewat aplikasi
Saya menggunakan aplikasi keuangan untuk mendukung pencatatan harian lewat buku. Karena seringkali kelupaan atau sedang jauh dari jangkauan buku, aplikasi ini menjadi andalan.
Pengalaman saat di Belanda, pencatatan dengan aplikasi ini sangat membantu. Karena tagihan kebanyakan langsung transfer dan rutin setiap bulannya, serta belanja pun seringnya cashless, jadi untuk memberikan beban berat pengeluaran, saya merasa perlu mencatatnya dengan teratur.
Setiap selesai berbelanja, saya mengambil foto resi belanja, saya catat di aplikasi, dan di buku. Kemudahan yang diberikan dengan menggunakan aplikasi keuangan ini adalah setiap hari kita bisa memantau pos pengeluaran mana yang terbanyak, dan total kondisi keuangan pun terisi dengan detail. Sangat detail dan tidak membuat repot, karena sudah ditotal langsung dengan kalkulator aplikasi.
Yang perlu diperhatikan dari aplikasi ini adalah :
- Kita perlu membuat pos-pos yang sesuai dengan pengeluaran kita
- pastikan isi pos secara detail, hingga kepada kebutuhan tersier sekalipun
- back-up data pengeluaran untuk evaluasi tahunan
Menggunakan aplikasi keuangan juga lumayan membantu hidup saya selama di Belanda. Rasanya lebih hemat juga, karena pengeluaran biasanya langsung. Tidak ada uang kecil yang keluar, karena biasanya sudah belanja seluruh kebutuhan di tempat itu saja dan rutin.
Yang kurang menyenangkan dari penggunaan aplikasi keuangan adalah galeri foto saya lumayan penuh oleh foto-foto nota belanja. Selain itu, ketika kembali ke Indonesia yang otomatis ganti mata uang, catatan keuangan saya sebelumnya harus rela terhapus dan kembali ke nol lagi.
Metode amplop
Metode amplop sangat cocok untuk orang yang mendapatkan pemasukan bulanan secara rutin. Di awal gajian, uang akan dibagikan pada beberapa amplop. Mirip seperti pembuatan pos yang ada di aplikasi keuangan.
Metode ini sebenarnya sangat bagus dan sempat booming juga di kalangan ibu rumah tangga milenial. Yang disukai lagi, ketika ada uang sisa dari amplop. Kebahagiaan ini rasanya seperti nemu uang di saku celana suami yang sedang dicuci. Meski sedikit, rejeki memang perlu disyukuri.
Setelah membagikan uang ke pos amplop yang sudah disediakan, tantangan selanjutnya adalah ujian kejujuran. Perlu dibiasakan sekali agar tidak mengambil uang dari anggaran amplop lainnya. Selain akan mengubah alokasi, hal tersebut juga seperti tidak jujur pada diri sendiri. Sangat tidak disarankan, kecuali memang keadaan sangat mendesak.
Kesimpulan
Dari ketiga metode tersebut, yang cukup berdampak besar dalam kelola keuangan saya dan masih digunakan sampai saat ini adalah metode pencatatan. Karena suatu keadaan, saya tidak bisa melakukan metode amplop, aplikasi pun tidak cocok lagi karena terlalu sering lupa untuk mengisi dan tinggal di Indonesia kalau belanja tidak selalu ada notanya, tidak selalu bisa cashless, serta belanja printilannya juga lebih banyak.
Sekian. Semoga bermanfaat.